Solilokui

Suara-suara mereka meraung-raung di telingaku. Memekakkan. Aku coba mendekam, mendengarkan suaraku sendiri. Apa yang ia katakan? Tentangnya, dan tentang mereka?

Benar yang ditulis dalam artikel di American Scholar, bahwa kesendirian [solitude] dibutuhkan untuk mencerna informasi dan menggali diri. Keterlibatanku dalam jejaring sosial membuatku lelah.

Kalaulah boleh mengumpamakan jejaring sosial sebagai rimba, pemenangnya adalah yang terkuat. Seperti batu besar di kali. Ia tak larut, tapi air mengikuti lekukan konturnya. Terkikis? Mungkin jumlah umurku belum cukup untuk menyadarinya.

Tadinya aku memberi judul blog ini 'monologue'. Tapi monolog berarti pembicaraan yang dilakukan oleh seseorang, yang mungkin ditujukan kepada orang lain. Berbeda dengan 'soliloquy' yang pada dasarnya memang ditujukan kepada diri si pembicara.

Dan dari karakterku sendiri, mungkin pengertian solilokui lebih cocok untuk menggambarkan tulisan-tulisan di blog ini.

Di sisi lain, penamaan solilokui terkesan kontradiktif. Jika memang artikel di laman ini ditulis untuk diriku sendiri, lantas mengapa harus diletakkan di web. Bukankah web itu sendiri dapat dibuka dan dibaca oleh masyarakat luas?

Barangkali, dari tulisan-tulisanku, ada hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Kita tak pernah tahu, kan? :)

Ala kulli hal, aku ingin menapaki lagi, jalan yang nyaris tercerai dari langkahku.