Qalb Sebagai Alat Berpikir dalam Al-Quran

Berpikir dengan qalb bukan hanya rasional, namun juga selalu berkaitan dengan iman, dzikir, dan mengenali yang haq.


***


Dari paparan tentang ragam penggunaan kata qalb dalam al-Quran, dapat dipahami bahwa hati adalah jiwa yang berdzikir, membedakan antara haq dan batil serta menerima hidayah, dan merupakan tempat iman bersemayam.

Dengan mengingat makna tersebut, mari kita telaah ayat yang membicarakan hati sebagai alat berpikir.



أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS al-Hajj : 46)



Dalam ayat ini dipahami bahwa fungsi qalb (hati) adalah berpikir (ya'qilun). Namun apakah maknanya hanya sebatas itu saja?

Ada baiknya kita telusuri ayat sebelum dan sesudah ayat tersebut untuk memahami lebih dalam konteks pembicaraannya. Dalam hal ini ayat 42-48 dari surat al-Hajj.


***


42. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan engkau (Muhammad), Begitu pulalah kaum-kaum yang sebelum mereka, kaum Nuh, 'Aad dan Tsamud (juga telah mendustakan rasul-rasul-Nya),

43. Dan (demikian juga) kaum Ibrahim dan kaum Luth,

44. Dan penduduk Madyan. Dan Musa (juga) telah didustakan, namun Aku beri tenggang waktu kepada orang-orang kafir, kemudian Aku siksa mereka, maka betapa hebatnya siksaan-Ku.

45. Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena penduduknya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunan dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya),

46. Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

47. Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.

48. Dan betapa banyak negeri yang Aku tangguhkan penghancurannya, karena penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah tempat kembali (segala sesuatu).


***


Jadi kata qalb digunakan untuk berpikir dalam rangka memahami tanda-tanda kekuasaan Allah dengan hidayah sebagai tujuannya, sehingga kegiatan berpikir menjadi bagian dari ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan demikian makna ini masih selaras dengan penggunaan lain kata qalb dalam al-Quran, yaitu sebagai tempat bersemayamnya iman, pembeda haq dan batil, serta untuk berdzikir.

Wallahu a'lam bis shawab.


***






وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-Araf : 179)