Dulu aku pernah baca tulisannya pak Hamid Zarkasyi tentang Tuhan. Beliau bercerita tentang pengalamannya kuliah di Birmingham. Ketika itu seseorang menanyainya, apakah Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang Ia tidak bisa mengangkatnya? Pak Hamid menjawabnya dengan sebuah pertanyaan, apa yang anda sebut dengan Tuhan? Pria itu meringis.
Pertanyaan serupa pernah aku dengar, dulu waktu aku masih sekolah di MIN [kalo ga salah]. Redaksinya macam-macam. Apakah Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar dari dirinya? Apakah Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang sangat berat sehingga Dia tidak bisa mengangkatnya? Dan lain-lain. Semua pertanyaan di atas intinya sama, ingin menjatuhkan Tuhan.
Nah, sekarang aku mencoba mengorek-ngorek jawaban pertanyaan itu.
Ada satu lagi pertanyaan yang unik, apa yang ada lebih dulu, ayam atau telur? Pertanyaan ini unik karena jawabannya tidak bisa dikatakan benar secara mutlak. Ayam berasal dari telur. Dan telur berasal dari ayam. Tidak ada yang benar, tapi juga tidak ada yang salah. Kalau jawabannya tidak bermasalah, berarti yang bermasalah adalah pertanyaannya.
Model pertanyaan 'ayam-telur' tadi menjebak. Menjawab 'ayam' atau 'telur' hasilnya sama saja. Kita akan tergiring pada daur dan tasalsul [ muter-muter ga ada ujungnya]. Ayam dan telur sama-sama diciptakan. Yang lebih dahulu ada adalah Tuhan yang menciptakan keduanya. Jadi ada opsi ketiga yang tidak dicantumkan dalam pertanyaan. Dan opsi itulah yang paling benar.
Nah, kembali ke pertanyaan pertama tentang Tuhan. Apakah Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar dari diri-Nya? Kalau kita jawab 'YA' karena Tuhan Mahakuasa, berarti ada sesuatu yang lebih besar dari Tuhan; berarti Tuhan bukan lagi Yang Mahabesar; berarti Tuhan bukan Tuhan. Kalau kita jawab 'TIDAK' karena Tuhan Mahabesar, berarti Tuhan bukan lagi Yang Mahakuasa; berarti Tuhan bukan Tuhan.
Pertanyaan yang menjebak. Baik kita jawab 'YA' atau 'TIDAK', hasilnya sama. Tuhan tidak lagi Maha Segalanya. Konsekuensinya, Tuhan bukan Tuhan dan [oleh karena itu] Tuhan tidak patut lagi disembah.
Permasalahan yang sebenarnya ada di pertanyaan tersebut. Pertanyaan "apakah Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar dari diri-Nya?", pada dasarnya berasal dari gambaran manusia tentang dirinya sendiri. Dan pertanyaan tersebut mengandung kesalahan yang amat mendasar, Tuhan disamakan dengan manusia.
Apakah sifat 'besar' Tuhan sama dengan 'besar'nya manusia? TIDAK. Laysa kamitslihi syai'un. 'Besar' manusia ditentukan dengan dimensi; panjang, lebar dan tinggi; luas, dan diukur dengan satuan. Sedang Tuhan? dimensi adalah ciptaan-Nya ...
Apakah Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang sangat berat sehingga Tuhan tidak bisa mengangkatnya?
Apa itu 'berat' bagi Tuhan? Bagaimana Tuhan 'mengangkat'? Apakah gambaran 'berat' dan 'mengangkat' bagi Tuhan sama dengan gambaran keduanya bagi manusia?
Silahkan dijawab.[]